Sabtu, 14 Oktober 2017

SEJARAH BERDIRINYA DESA KUTAYASA


Pada zaman perang Diponegoro berkobar ,disana-sini umumnya di daerah jawa tengah , khususnya daerah Kedu , Magelang dan Banyumas ( yang kadang-kadang di sebut daerah DULANGMAS ) yang berlangsung pada tahun1825-1830 .
Salah seorang pengikut perang Diponegoro , yaitu Tumenggung Kolopaking yang bernama Condromenggolo, ikut serta  secara gigih melawan  Belanda .
Tumenggung Kolopaking memegang Pemerintahan sebagai  Adipati di Kadipaten AYAH
(Daerah Kebumen ) untuk menguasai daerah – daerah pesisir . Dari pantai Ayh sampai daerah Bagelen ( Purworejo ), yang di bawah Kerajaan Surakarta Hadiningrat .
Tumenggung Kolopaking dengan diikuti oleh Condromenggolo pada suatu saat mengadakan pelawatan sampai di Kalimendong yang sekarang berada di daerah Danaraja kecamatan Purwonegoro.Tiada lama Tumenggung Kolopaking Berada di Kalimendong yang kemudian menuju pulang ke Ayah . Namun Ki Condromenggolotidak mengikuti pulang ke Ayah  , mereka berniat meneruskan perjalanannya kea rah timur sampai kademangan Tinembang ( Desa Kutawuluh , Masuk Kecamatan Purwonegoro ). Pada tahun 1825 Kademangan Tinembang dibawah Kadipaten Merden .
Karena Ki Condromenggolo tertarik di tinembang , sehingga mereka bersemedi di waktu siang , bersemedi di kedung Kracak ( Kali Butek ), di waktu malam di  tempat makam Mbah Gagot.
Setelah selesai bersemedi , kemudian Ki Condromenggolo ingin menetap di tinembang dan memboyong keluarganya serta kerabat-kerabatnya yang di Ayah . Selanjutnya ingin menetap untuk mendirikan suatu Desa dan membuka tanah pertanian disekitar Tinembang.
Atas dukungan Kerabat-kerabatnya didirikanlah sebuah Desa  yang di beri nama Desa Kutawuluh , Kecamatan Purwonegoro. Karena keadaan Tanahnya tidak rata , dia berkehendak akan mendirikan sebuah desa lagi di sebelah timur tinembang yaitu ; Desa “Kutayasa”  sekarang ini .
Kemudian pada tahun 1846 pemerintah Belanda Dibawah Asisten Residen Tuan  K.Gaul Mustar membuat peraturan tentang pembagian-pembagian Wilayah Daerah .
Kadipaten Banjar watulembu (Banjarmangu sekarang )., ketika itu dipindah ke Kutawaringin ( Kutabanjarnegara sekarang ). Sedang yang di tunjuk memegang Pemerintahan sebagai Bupati Banjarnegara yang pertama ialah R. TUMENGGUNG DIPAYUDA.
Desa-desa Gumiwang , Kutawuluh , Kutayasa , Kutabajarnegara, Purwonegoro , Pucungbedug keselatan masuk wilayah kabupaten Banjarnegara . bupati Banjarnegara mempunyai wilayah kerja 4  Distrik , yaitu :
1.   Distrik Singomerto
2.   Distrik Wanadadi
3.   Distrik Karang Kobar
4.   Distrik Batur
Pada tahun 1861 setelah terjadi banjir yang sangat besar akibat luapan sungai Serayu  , yang terkenal dengan istilah Blabur Banyumas . Pada waktu itu rakyat Kutayasa setiap kliwon di wajibkan mngirimkan tenaga sebanyak 30 orang untuk membersihkan lumpur-lumpur .
Karena Condroyudo I telah lanjut usianya , maka pemerintahan diserahkan kepada anaknya yaitu REJAWIRYA . Karena Condrowijoyo tidak bersedia . Rejadiwirya memegang Pemerintahan sejak tahun 1861 -1890. Ki Condroyudo tak lama kemudian meninggal dunia .
Pada tahun 1890 Rejadiwirya jatuh sakit , kemudian meninggal dunia. Saat sebelum meninggal Pemerintahan Desa diserahkan kepada Udawirya , Yang memegang Pemerintahan desa pada tahun 1890-1926, dengan nama Condroyudo II.
Sejak itu tugas dan pekerjaan serta kewajiban masyarakat sngat berat dan ketat dengan adanya Perturan Pemerintah Belanda yang terkenal dengan sebutan “ KERENDIENAT ” ( wajib kerja bakti ) . Pada pembuatan saluran irigasi dan bending Singomerto , yang dikerjakan padatahun 1885 , dan pembuatan jalan raya dari batas Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara ( dari Tunggoro sampai Joho ).
Setiap hari kerja , rakyat diwajibkan kerja bakti di pembangunan-pembangunan yang sedang dilaksanakan saat itu.
Mulailah ketika Condroyudo II , mulai menyusun Pamong Desa yang terdiri dari : Lurah , Carik, Bau , Pulisi, Kebayan dan Kayim. Kecuali itu juga menentukan tanah-tanah bengkok untuk Pamong Desa . Adapun ketentuan-ketentuan yang disepakati pada saat itu adalah :
1.                  Bengkok Lurah           : Tanah tegal 11 Bau ,tanah sawah 3 bau
2.                  Carik                           : Tanah Tegal dan sawah seluas 6 Bau .
3.                  Bengkok Bau              : Tanah sawah 1 bau.
4.                  Bengkok Pulisi            : Tanah sawah 1 bau .
5.                  Bengkok Kebayan      : Tanah sawah 1 Bau
6.                  Bengkok Kayim          : Tanah sawah 1 bau.
Selanjutnya Candrawikrama , anak dari Condroyudo I memperoleh 9 orang anak.Sedangkan adikya Candrawikrama yang bernama Jagayuda tidak  mendapatkan anak , dan meninggal dunia karena di serbu Kera-kera Dari hutan.
Pada waktu Pemerintahan Condroyudo II berakhir  pada tahun 1926, kemudian di gantikan oleh Mas Kartawireja dari tahun 1926 – 1938. Condroyudo II meninggal pada Jum’at

1 komentar:

  1. mohon maaf, bisakah berbagi info silsilah condromenggolo ke atas dan siapa saja keturunan beliau sampai sekarang ?. sebab menurut penuturan sesepuh kami ada yang bernama eyang condromenggolo, sedangkan sampai saat ini kami kepaten obor.

    BalasHapus