Senin, 11 Juli 2016

TEORI MONETER KLASIK


TEORI MONETER KLASIK

PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Teori moneter Klasik didasarkan pada JB. Say, Irving Fisher dan A. Marshall. J.B. Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya yang menyatakan bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaan (supply creates its own demand).

PEMBAHASAN
Para tokoh utama Teori Moneter Klasik antara lain John Babtis Say, Irving Fisher dan A. Marshall. Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaan (supply creates its own demand).
Potensi output yang dapat dihasilkan tergantung pada tingkat teknologi dan banyaknya faktor produksi tenaga kerja. Makin tinggi tingkat teknologi dan makin tinggi jumlah serta kualitas tenaga kerja tingkat output potensial yang dapat dihasilkan juga makin besar. Artinya, tingkat full employment output dapat menjadi lebih besar. Keadan yang selalu full employment ini dapat tercapai melalui bekerjanya mekanisme pasar, yang oleh Adam Smith disebut dengan invisible hand.
Bila seseorang ingin bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan, dia tentu akan menurunkan upah yang dikehendakinya samapai ada pengusaha yang mau mempekerjakannya. Demikian pula apabila terdapat pengusaha yang tidak dapat menjual semua hasil produksinya, maka dia akan menurunkan harganya sampai terjual habis.
Upah dan harga yang bebas berubah akan menjamin selalu terdapatnya keseimbanagn dalam pasar tenaga kerja dan pasar barang sebagai hasil saling mempengaruhinya antara permintaan dan penawaran melalui prinsip laissez faire (bebas, tanpa ada campur tangan pemerintah)

A. TEORI KLASIK TENTANG TINGKAT BUNGA
Menurut teori klasik, tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan / mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.
Begitu juga investasi, makin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebutyang merupakan ongkos dari penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investaasi, sebab biaya penggunaannya juga lebih kecil.



B. TEORI KUANTITAS UANG
Teori moneter banyak dihubungkan dengan teori kuantitas uang yang beranggapan bahwa faktor yang banyak mempengaruhi nilai uang adalah jumlah uang yang beredar (quantity of money atau supply of money). Menurut paham klasik, uang tidak memiliki pengaruh terhadap sektor riil, tidak ada pengaruhnya terhadap tingkat bunga, kesempatan kerja atau pendapatan nasional. Pendapatan nasional ditentukan oleh jumlah dan kualitas tenaga kerja, jumlah yang dipakai serta tehnologi.
Fokus dari teori tersebut adalah pada hubungan antara penawaran uang (jumlah uang yang beredar) dengan nilai uang(dengan tingkat harga).
Uang, pengaruhnya hanyalah terhadap harga harga barang. Bertambahnya uang beredar akan mengakibatkan kenaikan harga saja. Jumlah output yang dihasilkan tidak berubah. Inilah yang disebut dengan classical dichotomy, merupakan pemisahan sector moneter dengan sector riil, sektor moneter tidak ada hubungannya dengan sector riil.





1.    Teori Irving Fisher
Teori ini mendasar pada hukum Say bahwa ekonomi akan selalu berada dalam keadaan full employment. Secara sederhana Irving Fisher merumuskan teorinya dengan persamaan :
MV = PT
Dimana :
M : jumlah uang
V : tingkat perputaran uang (velocity)
P : harga barang
T : volume barang yang menjadi obyek transaksi

Artinya jumlah unit barang yang ditransaksikan (T) dikalikan dengan harga (nilai harga tersebut) harus/selalu sama dengan jumlah uang (M) dikalikan dengan perputarannya (total pengeluaran transaksi). Dengan kata lain, total pengeluaran (MV) = nilai barang yang dibeli (PT).
Dalam rumus MV =PT yang dimaksud M adalah common money saja, yaitu jumlah uang logam ditambah dengan jumlah uang kertas negara ditambah dengan jumlah uang kertas bank jadi uang giral belum dimasukkan dalam M tersebut. sehingga jumlah uang yang beredar di masyarakat adalah common money ditambah demand deposit money dengan kata lain uang giral ditambah uang kartal. Jenis rumus diatas masih terlalu sempit karena belum diperhatikan uang giral dengan kecepatan berputarnya.


1.1.    Teori Kuantitas dari Ricardo
Ricardo adalah orang yang mula-mula menemukan teori nilai uang dengan mengemukakan bahwa kuat dan lemahnya nilai uang sangat tergantung dari pada jumlah uang yang beredar. Jika jumlah uang berubah menjadi 2 kali lipat maka nilai uang akan menurun setengah kali dari semula, sebaliknya jika jumlah uang kurang hingga setengah, maka nilai uang akan menjadi dua kali lipat. Hal itu terjadi, karena bila jumlah uang naik menjadi 2 kali lipat maka akan berpengaruh terhadap harga yang naik menjadi dua kali lipat dan otomatis nilai akan menurun menjadi setengahnya.
Teori ini dituliskan dengan rumus sebgai berikut:
M = kP
Dimana:
M = kuantity of money
P = general price level

1.2.    Teori Kuantitas dari Irving Fisher
Irving Fisher berusaha memperbaiki teori Ricardo dengan memasukkan ketiga faktor yang mepengaruhi nilai uang. Teori dari Irving Fisher ini bernama” the transaction equation of exchange” yang menyatakan bahwa “Setiap pembayaran oleh rumah tangga, pengusaha, maupun pemerintah pada pihak lain merupakan suatu perkalian antara harga dan kuantitasnya yang sama dengan perkalian jumlah uang yang beredar dan kecepatan perputarannya”. Secara matematis, hubungan ini dapat ditulis
MV= PT
Dimana:
M = Quantity of money
V = velocity of circulation of money
P = price level
T = volume of good and services.
M x V menunjukkan jumlah pembayaran/pengeluaran yang dilakukan masyarakat dalam suatu jangka waktu tertentu. Di lain pihak pembayaran itu adalah untuk pembelian terhadap barang dan jasa (T), sedang T ini harus diketahui harganya (P), sehingga jumlah pembelian dinyatakan
M x V = P x T.


1.3.   Teori Kuantitas dari D.H. Roberston
Teori kuantitas dari Irving Fisher diformulasikan kembali oleh D.H. Robertson menjadi M = kPT. Sebenarnya kedua teori ini sama, perbedaanya terletak pada pendekatannya. Irving Fisher meninjau melaui transaction velocity (kecepatan rata-rata transaksi uang). D.H. Robetson mendekati melaui cash balance (lama rata-rata uang menganggur). Oleh karena teori kuantitas dari Robetson ini disebut cash balance equaition., Faktor V dalam transaction velocity approach oleh Robertson diganti dengan k dalam cash balance approach. k yang menunjukkan berapa lama rata-rata tiap rupiah mengaggur dalam cash adalah merupakan kebalikan dari V yang menunjukkan berapa kali tiap-tiap rupiah berpindah tangan.


1.4.   Teori Kuantitas dari Marshall
Apakah teori-teori kuantitas di muka lebih menitikberatkan perhatian pada hubungan antara jumlah uang dengan harga, maka Marshall memperhatikan hubungan antara jumlah uang dengan pendapatan nasional dengan rumus:
M= kY
Dimana:
M    = Quanity of money
Y    = pendapatan dalam bentuik uang
K = bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan dan ingin dikuasai dalam bnetuk uang

2.    Cambridge/Marshall Equation
Marshall memandang persamaan Irving Fiesher dengan sedikit berbeda. Dia tidak menekankan pada perputaran uang (velocity) dalam suatu periode malainkan pada bagian dari pendapatan (GNP) yang diwujudkan dalam uang kas. Secara matematika sederhana, teori Marshall dapat ditulis sebagai berikut :
M = k.P.Y
Dimana  :  
M   : Jumlah Uang
k    : Bagian dari GNP yang diwujudkan uang kas, k = 1/v
P    : Harga (price) Y    : GNP riil
Marshall tidak menggunakan volume transaksi (T) sebagai alat pengukur jumlah output, tetapi diganti dengan Y. T lebih besar dari Y, karena Y tidak termasuk barang setengah jadi.Persamaan Marshall sudah menunjukkan adanya permintaan uang dimana masyarakat menghendaki bagian tertentu dari pendpatannya diwujudkan dalam bentuk uang kas, yang ditunjukan dengan nilai k. (teori kuantitas uang)
Menurut teori kuantitas uang, perubahan jumlah uang  mengakibatkan perubahan harga secara proporsional. Kalau jumlah uang itu naik 2 kali, harga juga akan naik 2 kali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar